1.Pulau Labengki
Kendari, Indonesia
Introduksi
Banyak yang bilang, pulau ini tak kalah cantik dengan Raja Ampat. Baik dari panorama maupun keindahan bawah lautnya. Nama pulau ini adalah Pulau Labengki.Pulau Labengki terletak di Desa Labengki, Kecamatan Lasolo, Kabupaten Konawe Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara. Jaraknya sekitar 70 km dari pusat kota Kendari. Pulau ini terdiri dari beberapa gugusan pulau karang besar serta pulau karang kecil. Sehingga Pulau Labengki dibagi menjadi Pulau Labengki Besar dan Pulau Labengki Kecil.
Di pulau ini terdapat banyak titik penyelaman. Lokasinya menjadi salah satu lokasi favorit bagi para penyelam. Selain menyelam, Anda juga bisa bersnorkeling tentunya. Pemandangan yang cantik, air lautnya pun berwarna biru jernih. Beberapa pantai di pulau ini memiliki hamaparan pasir berwarna putih. Membuat siapapun yang datang ke sini menjadi betah.
Selain itu, di sini juga terdapat salah satu spesies kima terbesar di dunia yakni Kimaboe. Kima sendiri merupakan sejenis kerang yang berukuran cukup besar. Ukuran kima di kawasan ini dapat mencapai hingga 50 cm dan merupakan spesies kima terbesar kedua di dunia. Sehingga di kawasan ini terdapat pula penangkaran untuk sejumlah spesies kima.
Fasilitas
Di pulau ini belum terdapat fasilitas seperti hotel, penginapan atau warung makan. Sebaiknya Anda membawa bekal makanan dan minuman sendiri. Atau bila mau, Anda bisa memancing di kawasan pulau ini, lalu ikan hasil memancing bisa Anda bakar untuk dinikmati.Sedangkan bila mau menginap, Anda bisa mendirikan tenda di sekitar kawasan pulau. Atau mendapatkan penginapan di sekitar pusat kota Kendari.
Akses
Pulau Labengki berjarak sekitar 70 km dari kota Kendari.Dari pusat kota, Anda bisa langsung menuju ke Pelabuhan Kendari. Kebanyakan kapal atau perahu yang ada di pelabuhan ini tidak stanby selama 24 jam serta tidak setiap hari beroperasi.
Dari pelabuhan, Anda bisa menyewa sebuah kapal atau perahu untuk menuju ke Pulau Labengki. Tarif sewanya berbeda-beda tergantung kesepakatan Anda dengan si pengemudi.
Waktu tempuhnya sekitar empat hingga lima jam perjalanan, tergantung cuaca.
2.Pulau Bokori, Pulau Tengah Laut yang Eksotis-06 November 2016
KENDARI – Sulawesi Tenggara (Sultra) menyimpan begitu banyak wisata alam yang tak kalah dibandingkan dengan daerah lainnya di Nusantara. Khusus wisata bahari, Sultra juga menjadi salah satu surga yang menyimpan begitu banyak spot-spot menarik. Salah satunya adalah Pulau Bokori.
Pulau ini terletak di tengah lautan luas. Karena dikelilingi lautan, berlibur atau berwisata di sini akan memberikan ketenangan tersendiri, sebab jauh dari kebisingan dan hiruk pikuk. Sesekali hanya suara riak-riak ombak kecil dan deru mesin kapal nelayan yang terdengar dari kejauhan seolah menjadi alunan musik alam yang menentramkan.
Secara administratif, Pulau Bokori berada di wilayah Kabupaten Konawe. Pulau ini berhadapan langsung dengan perkampungan Suku Bajo yang mendiami wilayah itu.
Ada dua cara yang bisa ditempuh untuk sampai ke Pulau Bokori. Pertama, menggunakan transportasi laut dari Pelabuhan Kendari langsung ke pulau ini. Kedua menggunakan transportasi darat dari Kendari menuju perkampungan Suku Bajo. Dari pusat kota hanya butuh waktu sekitar 30 menit untuk sampai di perkampungan Suku Bajo. Di sini banyak penduduk setempat yang menyediakan jasa antar ke Pulau Bokori. Tarifnya pun terbilang murah meriah. Cukup dengan merogoh kocek Rp 30.000 per orang, Anda sudah mendapatkan layanan antar jemput.
Nah, jika ingin lebih praktis cara kedua bisa menjadi alternatif. Soal akses jalan tidak perlu khawatir karena jalan menuju perkampungan Suku Bajo telah diaspal, meski masih ada beberapa titik yang mengalami kerusakan.
Salah satu daya tarik Pulau Bokori adalah pasirnya yang putih. Airnyapun sangat jernih dan tidak mudah keruh. Birunya laut lepas yang terpampang jelas di depan mata menjadi pemandangan tersendiri yang sayang untuk dilewatkan. Apalagi jika laut dalam kondisi tenang. Dengan gulungan ombak yang tidak terlalu tinggi, Pulau Bokori menjadi tempat ideal untuk berenang dengan bebas dan sepuas hati.
Namun, jika ingin berenang lebih jauh ke tengah laut sebaiknya berhati-hati agar tidak menginjak bulu babi.Jika Anda memiliki hobi memancing, tidak ada salahnya menyewa perahu nelayan dan memancing di sekitar pulau. Atau hanya sekedar mendayung sambil mengitari pulau.
Meski ditumbuhi pohon kelapa yang berjejer rapi, udara di Pulau Bokori pada siang hari sangat panas. Hal ini dikarenakan kurangnya pohon pelindung. Walau begitu, hal ini tidak akan mengurangi keeksotisan pemandangan di pulau tersebut. Angin sepoi-sepoi akan senantiasa menyapa wajah dan tubuh Anda. Bagi Anda penyuka selfie, jangan lewatkan berpose dengan latar Pulau Bokori ataupun laut lepas yang membiru.
Pulau yang Nyaris Hilang Sebelum Dijadikan Obyek Wisata
Pulau Bokori dulunya adalah perkampungan bagi Suku Bajo. Seiring bertambahnya penduduk di sana, Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara pada pertengahan tahun 80-an di bawah pemerintahan Gubernur Alala mulai memindahkan penduduk pulau tersebut ke daratan.
Kini penduduk “bekas” Pulau Bokori telah berkembang dan mendiami lima desa yang masuk dalam wilayah Kecamatan Soropia yaitu Desa Leppe, Desa Bajo Indah, Desa Mekar, Desa Bajoe dan Desa Bokori.
Pemindahan tersebut bukan tanpa halangan. Sebagian besar penduduk menolak untuk dipindahkan karena merasa telah memiliki keterikatan dengan pulau itu.
Salah satu tokoh agama di Desa Mekar, H Aminuddin mengatakan, ketika ada pemindahan penduduk ke daratan, banyak yang menentang pemindahan tersebut. Hanya dirinya dan sebagian kecil penduduk lainnya yang bersedia untuk dipindahkan.
“Waktu itu banyak yang menentang. Alasannya karena nanti tidak bisa hidup di daratan. Hanya saya dan beberapa penduduk lainnya yang bersedia. Tapi begitu melihat hidup di daratan lebih menjanjikan, mereka pun berbondong-bondong untuk pindah,” kenang Ndoli, sapaan akrab Aminuddin.
Sebelum “terlantar”, Pulau Bokori sebenarnya sudah lama berkembang menjadi obyek wisata di Sultra. Diera pemerintahan La Ode Kaimoeddin, pulau ini sempat berjaya sebagai salah satu obyek wisata bahari andalan bumi Anoa, julukan bagi lain Sulawesi Tenggara.
Berbagai pohon tumbuh di Pulau Bokori. Pemerintah juga membangun puluhan cottage di sepanjang bibir pantai. Bahkan rumah permanen berlantai dua berdiri kokoh di sini. Masyarakat setempat menyebutnya sebagai rumah jabatan (Rujab) gubernur.
Adalah Bidu, warga setempat yang diberi kepercayaan untuk menjaga Pulau Bokori. Berdua dengan istrinya, dia tetap tinggal di pulau tersebut ketika penduduk yang lain telah pindah ke daratan.
Hasan, anak sulung dari Bidu menuturkan, ayahnya adalah orang yang tegas. Ia tak membiarkan siapapun “menjamah” Pulau Bokori. Hasilnya, tak ada satupun yang berani mengambil pasir, batu karang ataupun menebang pohon di pulau itu.
“Bapak itu tidak pernah takut. Malam-malam juga dia tetap patroli mengelilingi Pulau Bokori. Jaga-jaga kalau ada yang macam-macam di sana,” tutur Hasan.
Awal tahun 2000-an, Bidu mulai sakit-sakitan. Ia pun memutuskan untuk pindah ke daratan hingga meninggal di sana. Saat itulah, masyarakat yang tidak bertanggung jawab mulai merambah Pulau Bokori. Pasir, batu karang dan pepohonan tak luput dari tangan-tangan jahil. Akibatnya, pulau yang begitu rindang berubah menjadi gersang dan hanya menyisakan jejeran pohon kelapa.
Satu per satu cottage tersisa tinggal tiangnya saja. Papan dan kayu-kayunya pun diambil. Abrasi semakin tak terkendali karena pasir dan batu karang yang terus dieksploitasi.
Sejak saat itu pula, gema Pulau Bokori tak terdengar lagi. Seiring berjalannya waktu namanya kian tenggelam. Apalagi setelah Pemerintah Kabupaten Konawe membuka objek wisata Pantai Toronipa.
Pulau ini nyaris terlupakan dan tak pernah terjamah oleh wisatawan. Akibatnya, pulau yang dulu indah itu berubah menjadi semrawut. Jika menginjakkan kaki di sini, agas atau nyamuk-nyamuk kecil siap menyapa dengan gigitan-gigitannya yang khas. Hanya sesekali pulau ini ramai ketika tahun baru tiba ataupun ada pesta nelayan.
Bokori Bahteramas Island, Wisata Kelas Dunia
Setelah sekian lama terbengkalai, Pemprov Sultra di bawah komando Nur Alam ingin kembali menjadikan Pulau Bokori sebagai destinasi wisata andalan Sultra. Tak tanggung-tanggung, pulau itu akan disulap menjadi objek wisata Internasional sekelas Moldova dan Karibia. Hiburan, bisnis dan aktivitas-aktivitas pemerintahan bisa dilakukan disatu tempat.
Karena itu berbagai perubahan terus dilakukan. Istilahnya didandani agar pulau ini cantik seperti sediakala. Cottage mulai dibangun kembali. Begitu pun dengan akses jalan setapak. Pasirnya mulai ditimbun. Kolam buatan juga tengah dalam tahap pengerjaan. Air tawar dan akses listrik ke pulau ini juga tengah dirancang.
Sebagai langkah awal memperkenalkan kemolekan pulau ini, Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara secara resmi meluncurkan Festival Bokori 2015 di Hotel Grand Clarion Kendari pada Senin (12/10/2015) lalu.
Festival Bokori ini akan dijadikan momentum untuk memperkenalkan Pulau Bokori lebih luas lagi, tak hanya kepada wisatawan lokal namun juga kepada wisatawan mancanegara.
“Selama ini Pulau Bokori memang hampir tenggelam dan kita kembali membangunnya. Banyak hal yang bisa kita dapatkan di sana yang berbeda dengan wisata pulau lainnya,” kata Nur Alam.
Pemerintah provinsi kini terus berupaya melengkapi sarana dan prasana pendukung sehingga tidak akan mengecewakan wisatawan yang akan berkunjung ke pulau itu. Nur Alam juga optimis Pulau Bokori akan mampu bersaing dengan destinasi wisata berlevel internasional lainya di Sultra, salah satunya Taman Laut Wakatobi.
Nah, karena saat ini masih dalam pembenahan, jika berkunjung ke Pulau Bokori sebaiknya membawa makanan dan minuman sendiri karena di tempat ini belum tersedia warung. Jangan lupa buang sampah pada tempatnya, yah!
Meski saat ini pembenahan masih terus dilakukan, namun Pulau Bokori sudah bisa menjadi salah satu tujuan destinasi wisata Anda. Ayo tunggu apalagi, datang dan saksikan sendiri keindahan pulau ini!
3.Pantai Toronipa
4.Pantai Nambo
Pantai Nambo adalah destinasi wisata paling
favorit di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara. Pantai Nambo ini punya
hamparan pasir putih yang membentang lebih dari 300 meter. Ombaknya
tenang, airnya pun jernih. Pantai Nambo ini hanya 15 km dari pusat Kota
Kendari, sekitar 30 menit perjalanan. Menuju Pantai Nambo ini adalah
sebuah perjalanan yang mengasyikkan. Menyusuri Teluk Kendari, melihat
hutan bakau, menikmati tambak, meresapi aktivitas bahari para warga.
Sebelum tiba di Pantai Nambo, Anda akan menembus perbukitan. Jalannya
berkelok dengan tebing dan jurang di kiri-kanan. Namun, panoramanya
cukup menyegarkan untuk menghempaskan penat yang dibawa dari kota.
Pantai Nambo sangat pas untuk berbagi keceriaan bersama orang-orang
tercinta. Pada hari Minggu dan hari libur, Pantai Nambo yang berokasi di
Kecamatan Abeli ini selalu dipadati wisatawan lokal. Daya tarik
utamanya adalah hamparan pasir putih yang lembut sepanjang 300 meter.
Tak ada batuan karang saat Anda berjalan menyusuri pantai.
Keindahan Pantai Nambo ini makin sempurna sambil menikmati segarnya
kelapa muda. Padanan yang pas dalam bingkai suasana pantai tropis.
Deretan penjual di masing-masing lapaknya menyuguhkan kelapa muda yang
segar. Fasilitas penunjang pun dibangun di sekitar Pantai Nambo , cukup
memanjakan pengunjung. Ada area parkir yang luas, dua unit kamar bilas,
31 unit gazebo, sebuah villa, serta warung makanan dan minuman yang
berderet rapi di pinggir Pantai Nambo.
Danau Biru Kolaka Utara
Danau biru yang berada di titik koordinat 3°43'37.79"S 121° 5'40.69"E terletak di desa. walasiho Kec. Wawo Kab. Kolaka Utara. dari kota kendari perjalanan akan ditempuh selama 5 jam dengan melewati 3 kabupaten. dari jalan raya anda harus melewati jalan pengerasan sejauh 1,2 KM. karena jarak danau dan laut hanya 10 meter anda hanya perlu berjalan kaki selama 1 menit dari pinggir laut. baik motor atau mobil anda tidak perlu khawatir, di sini telah disiapkan lahan parkir yang luas. untuk perjalanan yang efektif, dari kendari sebaiknya anda singgah dikolaka untuk bermalam, pagi jam 7 anda bisa lanjut ke danau, bisa di tempuh 1,5 jam tanpa macet.
kelemahan danau ini, tidak adanya fasilitas kamar ganti pakaian, WC, tempat sampah dan rambu2 peringatan maupun penuntun jalan. untuk kalian yang berada dikendari, danau biru ini wajib anda kunjungi. dijamin anda akan ketagihan ketempat ini lagi.
Obyek wisata ini berjarak sekitar 7 km dari tepi jalan poroses Kabupaten/Kota Bau-Bau–Pasar Wajo. Air terjun dengan ketinggian hampir 100 meter ini cukup dengan debit air yang selalu besar, mampu menghilangkan rasa letih setelah berjalan jauh. Ditambah dengan suasana alam pegunungan menyuguhkan udara sejuknya dan hutan tropis yang masih asri yang berisi berbagai jenis burung.
7. Walengkabola
Pulau Muna merupakan salah satu pulau yang cukup menarik di Sulawesi Tenggara. Dengan kondisi pulau yang tersusun oleh batuan karst, membuat Pulau Muna menjadi pulau yang tampak keras karena di beberapa tempat memiliki kondisi lingkungan yang kering dan tandus.
Namun di beberapa lokasi, Pulau Muna menawarkan pesonanya tersendiri. Kalau kita mengunjungi Desa Oempu, Walengkabola, disana kita akan disuguhkan oleh pemandangan pantai yang indah dan keramahan penduduk meskipun untuk mencapai desa ini kita harus melalui daerah yang cukup gersang hanya ditutup oleh semak.
Memasuki desa, rumah-rumah panggung berjejer sepanjang jalan dengan pagar batu. Di suatu tempat, tampak penduduk membawa jerigen, alat mandi atau pun gerobak pembawa air. Di tempat itu, ternyata terdapat mata air di sebuah gua yang digunakan oleh penduduk untuk mandi dan cuci.
Gua dengan mata air berair tawar ini sangat menarik karena tersebar di beberapa tempat di Desa Oempu, Walengkabola, sehingga penduduk tidak hanya bergantung pada satu gua melainkan ada lebih dari tiga diluar sumur-sumur kecil yang digunakan untuk tempat mengambil air minum.
Selain gua dengan mata air, Desa Oempu, Walengkabola juga memiliki danau-danau karst yang berwarna biru. Di salah satu danau, digunakan sebagai tempat wisata, dimana setiap musim liburan sangat ramai dikunjungi oleh masyarakat dari luar Walengkabola. Danau yang berair payau ini digunakan juga untuk memelihara penyu. Konon, danau-danau ini dihubungkan oleh sebuah gua yang terhubung ke laut.
Begitu juga gua-gua yang memiliki mata air juga berhubungan dengan laut melalui sebuah gua yang baru sedikit yang telah di eksplorasi oleh cave diver dari Perancis, Australia dan Spanyol.
Desa Oempu, Walengkabola juga menawarkan pantai berpasir putih yang cukup indah dengan beberapa pohon kelapa yang melambai-lambai. Di salah satu sudut desa juga sudah dibuat semacam gazebo untuk menikmati pemandangan pantai indah dan di seberah nampak Pulau Buton. Obyek wisata ini terletak di Kecamatan Sorawolio, 13 km dari pusat Kota Bau-Bau. Untuk mencapai air terjun Samparona, wisatawan dapat menempuh dengan berjalan kaki menelusuri jalan setapak dan melewati sawah dan kebun penduduk serta hutan tropis yang cukup lebat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar